Why?


pujangga berhenti tapi nangis lagi waktu sore di cabul hujan taufan yang bernafsu...

jingga yang selalu merah itu hari ini gelap biru bagai di simbah dakwat dari tentakel kurita...

lalu untuk apa tawa itu andai pelangi belum sempat di persembah tapi sore telah tiada...

terus untuk apa riang itu andai getir yang menyimbah terus ganas membasah...

detak nadi kian sirna saat sinar biru purnama bertukar warna....

gah yang dulu bisa diobrol megah kini punah digenggam tulah....

dada yang berombak gagah menawan rimba dulu kini jatuh di tarik tuah....

benar sekali satu hari satu bulan satu ribu satu diseru maha satu....

belasungkawa untuk petang itu masih tetap dalam hitam gelap kekelabu....

walaupun petang itu berhenti ketika hijau jambu ranum berbau....

korong itu kosong lagi bila apa pun yang datang bertangan kosong....

yang berisi hanyalah sang kerdil yang tak tahu sangsi dunia omong bohong.....


Tiada ulasan: